Nias merupakan wilayah yang ukurannya terbilang lebih kecil dari wilayah lainnya di Indonesia. Namun, Nias menjadi wilayah yang paling susah untuk ditaklukan oleh Belanda saat melakukan kolonialisasi di Indonesia. Selama ratusan tahun berada di pulau tersebut, Belanda baru mampu menaklukan Nias pada 1914. Penduduk Nias bertarung habis-habisan melawan Belanda. Selama puluhan tahun, Belanda tidak bisa masuk terlalu dalam ke Nias karena penduduk Nias pasti akan menyerangnya demi mempertahankan wilayah mereka. Bahkan, kawasan ini juga disebut sebagai neraka bagi Belanda karena kebudayaan bertarungnya yang mengagumkan sekaligus mengerikan.
Ciri khas orang Nias,secara dominan dapat diidentifikasi dengan mudah, yakni berambut hitam, berbentuk oval, berkulit putih, dan berpostur tubuh sedang
ADAT NIAS: Adat dalam bahasa Nias disebut Hada atau Böwö, yaitu adat istiadat. Hidup manusia seluruhnya diatur menurut böwö orang Nias. Dan salah satu böwö yang sudah diatur yaitu Böwö Wangowalu (adat perkawinan). Perkawinan di Nias adalah eksogami.
Biga atau juga dikenal sebagai Bika merupakan cemilan yang paling popular dicari oleh wisatawan dan masyarakat Nias. Biga atau Bika terbaut dari Madu dan memiliki cita rasa yang manis
Pada masa lampau masyarakat Nias biasa menyantap Gowi Nifufu yang berasal dari Ubi. Pada zaman dahulu beras atau nasi cukup langka dan harganya tergolong mahal, sehingga masyarakat Nias menkonsumsi Gowi Nifufu yang berasal dari Ubi. Gowi Nifufu diolah dengan cara ditumbuk lalu dicampur dengan parutan kelapa. Pada Bahasa Nias Gowi berarti Ubi dan Nifufu memiliki arti diremukkan.
Hambae Nititi memiliki bahan utama daging kepiting yang dicampurkan dengan kelapa muda yang diparut. Pertama-tama daging kepiting ini direbus terlebih dahulu Kemudian dipisahkan daging dengan cangkangnya. Setelah dipisahkan maka daging kepiting akan dicampurkan dengan parutan kelapa muda dan dimasak hingga matang.
Harinake sendiri tergolong makanan non-Halal dikarenakan bahan dasar dari Harinake ini adalah daging babi cincang. Tetapi ada Harinake yang terbuat dari Ikan. Harinake sendiri dibuat dalam keadaan khusus ketika ada tamu yang datang kerumah, sehingga Harinake sulit ditemukan di pasaran.
Köfö- Köfö merupakan gulai ikan tetapi proses masaknya agak berbeda dari biasanya. Köfö- Köfö terbuat dari ikan segar yang kulitnya sudah dibersihkan kemudian digoreng dan dimasak dengan santan kelapa. Ada beberapa masyarakat Nias yang menumbuk ikan sampai halus terlebih dahulu kemudian dibalur dengan telur dan di masak.
Lehendalo Nifange atau kita mengenalnya sebagai Rendang Talas. Lehendalo Nifange sendiri merupakan makanan khas Nias yang terbuat dari bahan dasar talas. Lehendalo Nifange sendiri biasa disantap bersama Sagu. Namun, Lehendalo Nifange sendiri bisa dibilang cukup langka dan sulit untuk ditemukan.
Nibini Ogo adalah makanan tradisional khas Nias menggunakan bungkus daun pisang muda yang berisi daging atau ikan. Nibini Ogo biasa dimakan bersama dengan nasi sebagai lauk utama.
Silio Guro adalah makanan yang mirip dengan pepes bakar. Yang membedakan Silio Guro dengan pepes bakar adalah Silio Guro menggunakan Daging Giling Udang yang dicampur dengan kelapa yang telah dibumbui. Silio Guro dibakar dengan bara api yang membara membuat aroma dan cita rasa dari Silio Guro ini sangat kuat dan nikmat.
Tamboyo adalah ketupat khas Nias. Yang membedakan Tamboyo dengan ketupat biasanya adalah bahan dasar dari Tamboyo. Tamboyo terbuat dari beras ketan kemudian dimasak dengan santan kelapa.
Ni’Owuru adalah makanan khas Nias yang berbahan dasar daging. Daging yang digunakan bisa dari daging ayam, sapi, babi maupun kerbau. Daging tersebut diasinkan menggunakan garam agar tahan lama. Jika anda tidak menkonsumsi daging babi, kami menyarankan anda bertanya terlebih dahulu kepada penjual mengenai daging yang digunakan pada Ni’Owuru
CUPLIKAN DARI SEBAGIAN TENTANG PULAU NIAS